REVISI
FUNGSI
TES, LANGKAH – LANGKAH DALAM PENYUSUNAN TES DAN KOMPONEN – KOMPONEN TES
Disusun
Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Evaluasi
Pembelajaran
Dosen :
Bahrudin Yusuf Zen, M. Pd. I
Oleh :
1. Bety Suzanah
2. Sulis Wahyu Ningsih
3. Eti Sulistio Warni
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU
TARBIYAH BUSTANUL ULUM
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2017
FUNGSI TES, LANGKAH – LANGKAH DALAM PENYUSUNAN TES
DAN KOMPONEN – KOMPONEN TES
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan ujung tombak dari perkembangan dan peradaban
manusia di bumi pertiwi. Pendidikan mampu membawa arah perjalanan kehidupan
manusia, mengembangkan segala potensi manusia dan alam yang telah dianugrahkan
oleh Allah SWT. Manusia akan membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orangtua
dan lingkungannya, agar dapat memilih dan menjalankan pendidikan yang sesuai
dengan minat dan bakat anak. Pendidikan terlaksana dengan segala perangkat
pokok dan pendukungnya antara lain guru, siswa, sarana dan prasarana,
administrasi, materi, media, metode dan lain sebagainya. Guru harus memahami
tentang materi, metode, media dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan usia siswa. Subjek evaluasi
pendidikan akan mengukur dan menilai kemampuan siswa dalam memahami materi yang
telah disampaikan. Guru dapat mengidentifikasi prosedur dalam melaksanakan
pendidikan sedangkan bagi siswa dapat mengetahui kemampuannya yang kemudian
siswa dapat meningkatkan belajarnya. Mengukur dan menilai kemampuan siswa
merupakan kegiatan penting karena dengan memberikan penilaian yang bersifat tes
ataupun non-tes dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Namun dewasa ini guru yang mengemban tugas tersebut belum maksimal
dengan berbagai keterbatasan, mulai dari kurangnya pemahaman tentang instrumen,
langkah – langkah dan komponen penyusunan soal hingga kesibukan yang menjadikan
guru tidak memberika penilaian terhadap siswanya secara periodik. Seorang guru
biasa membuat butir – butir soal tetapi tanpa memperhatikan langkah – langkah
dan kriteria soal yang baik sehingga soal – soal yang diberikan kepada siswa
kurang efektif dan efisien. Hal tersebut terjadi karena guru kurang
mempersiapkan tes bagi siswa – siswanya, maka guru tidak mengetahui kemampuan
siswa dan tidak dapat mengevaluasi proses belajar dikelas. Tes hanya dilakukan
pada ujian tengah semester dan ujian akhir semester saja, itupun dengan
pengawas yang apatis terhadap situasi kelas sebagai tempat bagi siswa
melaksanakan tes. Siswa tidak terbiasa memproduksi pemahamannya tentang materi tertentu
dalam menjawab soal – soal yang diberikan selanjutnya siswa mengalami kesulitan
dalam mengalokasikan waktu dengan soal yang harus dijawab dan mengakibatkan
banyak soal – soal yang dijawab siswa tanpa memikirkan dan mempertimbangkannya.
Bahkan setelah dilaksanakannya tes, guru tidak memberikan suatu evaluasi
terhadap hasil tes siswa apakah perlu dilakukan remidial atau pengayaan.
Berdasarkan kenyataan tersebut penulis perlu menyampaikan pemahaman
tentang fungsi tes agar terbangun rasa kesadaran terhadap pentingnya tes bagi
semua pihak, yang selanjutnya dapat menjadi motivasi pendorong dalam
melaksanakan pendidikan terutama dalam hal pelaksanaan tes. Rasa kesadaran
tersebut dapat ditunjang dengan adanya suatu pembahasan khusus tentang langkah
– langkah penyusunan tes guna mempermudah para guru dalam membuat tes bagi
siswanya, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
II. PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TES
Tes
merupakan suatu prosedur dengan pemberian angka yang hasil dan kondisinya
relatif sama. Tes berupa butir – butir
soal yang dibuat berdasarkan materi yang sifatnya representatif /
mewakili terhadap perilaku yang akan diukur kemudian siswa harus menjawabnya
atau dapat berupa tuga yang harus dikerjakan siswa sesuai dengan apa yang telah
dipelajarinya. Jawaban siswa tersebut menjadi tujuan bagi terter untuk
mengetahui perilaku siswa yang akan diujinya.[1]
S. Hamid Hasan menjelaskan bahwa tes adalah alat untuk pengumpulan
data yang berupa butir – butir soal / rangkaian dari pertanyaan – pertanyaan
yang harus direspon oleh siswa, kemudian hasil tes tersebut atau jawabab siswa
akan menjadi data bagi guru untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran dikelas.[2]
Tes
merupakan alat untuk mengukur kecakapan, prestasi, minat, motivasi, dan
sebagainya dari siswa. Menurut Djemari, tes adalah salah satu cara untuk
mengetahui kemampuan peserta didik melalui respon dari stimulus yang diberikan.
Stimulus yang diberikan dapat berupa pertanyaan langsung ataupun tidak
langsung. [3]
Berdasarkan teori – teori tersebut maka tes merupakan salah satu
alat ukur untuk mengetahui kemampuan siswa dengan menilai respon terhadap
stimulus yang diberikan, yang dapat berupa pertanyaan – pertanyaan dengan
berbagai bentuk sesuai dengan tujuan dan aspek yang hendak dicapai. Tes bukan
sebagai kegiatan kebiasaan yang sia – sia ataupun formalitas belaka, sehingga tes
perlu dipahami oleh semua guru agar mencapai keberhasilan mengajar dan mencapai
tujuan dari pendidikan. Guru dapat melaksanakan tes sesuai dengan tujuan
tes,sedangkan untuk menumbuhkan kesadaran dan semangat guru dalam melaksanakan
tes, guru harus memahami fungsi dari tes dari berbagai sudut pandang.
B.
FUNGSI TES
Menurut Sudjono secara umum, ada dua
macam fungsi tes, yaitu :
1.
Sebagai alat
pengukur terhadap peserta didik dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah di capai oleh peserta didik
setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.
2.
Sebagai alat
pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat
di ketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah di tentukan, telah dapat
di capai.[4]
Menurut Purwanto dalam bukunya
prinsip – prinsip dan tekhnik evaluasi pengajaran secara lebih rinci fungsi tes
dalam pendidikan dan pengajaran dapat di kelompokkan menjadi empat fungsi,
yaitu :
1.
Untuk mengetahui
kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau
melakukan kegiatan belajar dalam jangka waktu tertentu
2.
Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu sistem
terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Komponen-kompenen yang di maksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan
pengajaran, metode dan kegiatab belajar mengajar, alat dan sumber pengajaran,
dan prosdur serta alat evaluasi
3.
Untuk keperluan
bimbingan dan konseling (BK)
4.
Untuk keperluan
pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan [5]
Menurut Thoha fungsi tes
pendidikan dari kepentingan masing – masing pihak :
1.
Fungsi tes bagi
guru, adalah untuk :
a. Mengetahui
kemajuan belajar peserta didik
b. Mengetahui
kedudukan masing – masing peserta didik dalam kelompoknya
c. Mengetahui
kelemahan kelemahan dalam cara belajar mengajar dalam PBM
d. Memperbaiki
proses belajar mengajar
e. Menentukan
kelulusan pesrta didik
2.
Fungsi tes bagi
peserta didik, adalah untuk :
a. Mengetahui
kemampuan dan hasil belajar
b. Memperbaiki
cara belajar
c. Menumbuhkan
motivasi dalam belajar
3.
Fungsi tes bagi
sekolah, adalah untuk :
a. Mengukur
mutu hasil pendidikan
b. Mengetahui
kemajuan dan kemunduran sekolah
c. Membuat
keputusan kepada peserta didik
d. Mengadakan
perbaikan kurikulum.
4.
Fungsi tes bagi
orang tua, adalah untuk :
a. Mengetahui
hasil belajar anaknya
b. Meningkatkan
pengawasan,bimbingan dan bantuan kepada anak dalam belajar
c. Mengarahkan
pemilihan jurusan, atau jenis sekolah lanjutan bagi anaknya.
5.
Fungsi tes bagi
masyarakat dan pemakai jasa pendidikan, adalah untuk :
a. Mengetahui
kemajuan sekolah
b. Ikut
mengadakan kritik dan saran perbaikan bagi kurikulum pendidikan
c. Lebih
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usahanya membantu lembaga pendidikan.[6]
Fungsi tes dalam proses belajar mengajar antara lain:
a.
Alat
untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan intruksional.
b.
Umpan
balik bagi perbaikan proses belajar mengajar
c.
Dasar
menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua[7]
Tes
sebagai alat penilaian hasil belajar berupa pertanyaan – pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik. Tes pada
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa dalam aspek
kognitif atau afektif atau psikomotoris.[8]
Tes
dibuat berdasarkan kebutuhan siswa dan guru dalam proses belajar, karena tes
memiliki fungsi penting sebagai parameter keberhasilan guru dalam mengajar dan
hasil tes akan menjadi motivasi guru agar memperbaiki cara mengajar dikelas
serta dapat menciptakan situasi belajar dikelas menjadi lebih menarik dan
kondusif. Tes pula dapat menjadi parameter dalam mengetahui kesulitan dan
mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar, hasil tes dapat menjadi motivasi
untuk meningkatkan semangat belajar sehingga dalam menghadapi tes selanjutnya
mendapatkan nilai sebaik – baiknya. Oleh sebab itu siswa diharapkan dapat
mengikuti tes dengan tertib kemudian hasil tes dapat menjadikan acuan siswa
dalam memperdalam bakat dan minatnya untuk menentukan pilihan pendidikan
dijenjang yang lebih tinggi.
Menurut Arikunto, fungsi tes adalah :
1.
Fungsi
kelas / instruksional
a.
Mengadakan
diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
b.
Mengevaluasi
celah antara bakat dengan pencapaian
c.
Menaikan
tingkat prestasi
d.
Mengelompokkan
siswa dalam kelas pada waktu metode tertentu
e.
Merencanakan
kegiatan belajar mengajar untuk siswa secara perseorangan
f.
Menentukan
siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus
g.
Menentukan
tingkat pencapaian untuk setiap anak
2.
Fungsi
bimbingan
a.
Menentukan
arah pembicaraan dengan orangtua tentang anak mereka
b.
Membantu
siswa dalam menentukan pilihan
c.
Membantu
siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
d.
Memberikan
kesempatan kepada pembimbing, guru dan orangtua dalam memahami kesulitan anak
3.
Fungsi
administrasi
a.
Memberi
petunjuk dalam pengelompokan siswa
b.
Penempatan
siswa baru
c.
Membantu
siswa memilih kelompok
d.
Menilai
kurikulum
e.
Memperluas
hubungan masyarakat
f.
Menyediakan
informasi untuk badan – badan lain diluar sekolah [9]
Berdasarkan teori – teori diatas maka tes berfungsi sebagai alat
untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa. Tes dapat membantu siswa untuk
mengetahui kesulitan dalam belajar, mengetahui kemampuan intelektual dan bakatnya
sehingga siswa mampu merencanakan sikap yang akan dilakukan dalam menemukan
solusi untuk kesulitan belajarnya bersama pembimbing dan orangtua. Tes
berfungsi untuk mengembangkan kemampuannya, meningkatkan semangat belajar dan
menentukan pilihan untuk melanjutkan sekolahnya sesuai dengan bakat dan
pencapaiannya. Bahkan hasil dari tes secara keseluruhan menjadi tolak ukur dari
sikap dan tingkahlaku siswa di
lingkungan masyarakat sekitar.
C.
LANGKAH – LANGKAH DALAM PENYUSUNAN TES
Purwanto
mengatakan adapun langkah – langkah tes melibatkan kegiatan :
1.
Indentifikasi
hasil belajar yang hendak diukur berdasarkan aspek mana yang akan di ukur baik
kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.
Dekripsi
materi, Informasi mengenai hasil belajar yang di ukur hendaknya disesuaikan
dengan materi yang telah di ajarkan
3.
Pengembangan
Spesifikasi dapat menggunakan dua atau lebih pengembangan tes yang nantinya
akan menghasilkan tes hasil belajar yang berkualitas sama
4.
Menulis
butir-butir tes dan kunci jawaban, mengukur variabel butir soal yang berpedoman pada kisi-kisi dan kunci
jawaban harus sesuai dengan spesifikasi
tes agar dapat memperoleh hasil belajar
dari jawaban yang dibuat.
5.
Mengumpulkan
data ujicoba
Mengumpulkan
data ujicoba ini dengan menggunakan instrumen tes uji hasil belajarnya sesuai
dengan kisi-kisi.
6.
Menguji
kualitas tes, kegiatan ujicoba kualitas sebagai pengujian kelayakan tes
7.
Melakukan
kompilasi ialah penyusunan kembali butir
yang baik setelah ujicoba. [10]
Menurut Jihad dan Haris, dalam menentukan suatu tes maka perlu
mempertimbangkan :
1.
Merencanakan
tes, yang merujuk pada jenis alat penilaian
2.
Menulis
butir tes, dengan memperhatikan indikator ketercapaian
3.
Marakit
soal, sesuai dengan kisi – kisi [11]
Guru juga harus
memahami bahwa keterbatasan – keterbatasan dalam melakukan pengukuran hasil
belajar dengan menggunakan tes ini menjadikan kita sebagai pendidik yang juga
penyusun tes harus mempersiapkan semuanya secara lebih teliti, karena prosedur
konstruksi psikologis lebih rumit sehingga harus dilakukan dengan perencanaan
yang sangat teliti dan mengikuti langkah-langkah yang sitematis untuk
meminimalkan berbagai sumber kesalahan yang mungkin terjadi. Secara umum ada
lima langkah pokok yang harus dilewati yaitu:
1.
Perencanaan Tes
Dalam langkah
perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai
pendidik yaitu:
a.
Menentukan
cakupan materi yang akan diukur yang menyangkut penetapan cakupan materi dan
aspek (ranah) kemampuan yang akan diukur. Penetapan ini penting mengingat bahwa
kemampuan belajar merupakan proses yg kompleks dan menyangkut pemahaman yang
bersifat abstrak, sehingga harus jelas pada bagian mana cakupan materi yang
akan diukur dan dikembangkan dalam soal tes, langkah ini biasanya dilakukan
dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar spesifikasi, Ada tiga langkah dalam
mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar,
yaitu; menulis kompetensi dasar, menulis materi pokok, menentukan indikator dan
menentukan jumlah soal.
b.
Bentuk
Tes
Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila
didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk
memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata
pelajaran yang diujikan. Misalnya, bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk
tes benar salah cocok digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi
singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Bentuk tes objektif lebih
cocok digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata
pelajaran Matematika, Biologi, dan sebagainya. Dalam memilih teknik tes mana
yang akan digunakan Pendidik juga harus mempertimbangkan ciri indikator,
contoh, apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik penilaiannya
adalah tes unjuk kerja (performance), sedang bila tuntutan indikator
berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya adalah tes
tertulis. Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup
mulai yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding sesuai
dengan jenjang pendidikan.
c.
Menetapkan
panjang Tes
Langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapa waktu yang tersedia
untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan jumlah item-item tes
yang akan dikembangkan. Apabila oleh pendidik ada materi yang dinilai lebih
penting dan mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi, guru bisa memberikan
pembobotan yang berbeda dari setiap soal yang disusun. Ada tiga hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu bobot masing-masing bagian
yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu
yang tersedia.[12]
2.
Menulis Butir Pertanyaan
Ada 3 kegiatan
pokok dalam menulis butir soal yaitu:
a.
Menulis
draft soal
Menulis soal pasti sudah menjadi pekerjaan rutin sebelum ulangan,
tetapi seharusnya perlu mencermatinya karena langkah ini juga memerlukan
kecermatan dalam memilih kalimat-kalimat yang mudah dimengerti dan tidak
menimbulkan interpretasi ganda. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam
penulisan butir pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif jawaban.
Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu, apakah pertanyaan mudah
dimengerti, apakah sudah sesuai dengan indikator, apakah tata letak keseluruhan
baik, apakah perlu pembobotan, apakah kunci jawaban sudah benar
b.
Memantapkan
Validitas Isi (Content Validity)
Content validity atau
validitas isi pada dasarnya merupakan koefisien yang menunjukkan kesesuaian
antara draft tes yang telah disusun dengan isi dari konsep dan kisi-kisi yang
telah disusun, apakah semua materi telah terjabar dalam item, dan apakah soal
yang disusun telah pula sesuai ranah atau kawasan yang akan diukur. Langkah ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya diskusi dengan sesama pendidik
ataupun dengan cara mencermati kembali substansi dari konsep yang akan diukur.
c.
Melakukan
Uji Coba (try out)
Mungkin Anda mengira bahwa try out hanya digunakan untuk tes
standard dan tidak perlu dilakukan untuk tes buatan guru. Anggapan itu kurang
benar karena uji coba tetap diperlukan dalam penyusunan tes buatan guru, try
out tidak harus dilakukan secara formal dan dalam skala besar, yang perlu Anda
perhatikan adalah bahwa try out dapat dilakukan untuk berbagai
kepentingan diantaranya untuk; analisis item, bagaimana rencana pelaksanaan, memperkirakan
penggunaan waktu pengerjaan, kejelasan format tes, kejelasan petunjuk
pengisian, dan pemahaman bahasa yang digunakan dsbnya.
d.
Revisi
soal
Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis untuk mencari
tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang komunikatif, untuk
kemudian dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya revisi dilakukan
untuk; eliminasi butir-butir yang jelek, menambah butir-butir baru, memperjelas
petunjuk, dan memodifikasi format dan urutan, dan sebagainya.
3.
Melakukan pengukuran dengan tes
Beberapa
langkah yang harus diperhatikan saat menyelenggarakan tes yaitu:
a.
Menjaga
obyektivitas pelaksanaan tes
Kegiatan pengukuran yang berupa penyelenggaraan tes juga sudah
menjadi kegiatan Anda sehari-hari, meskipun demikian pendidik tetap harus
menjaga obyektifitas, baik dalam pengawasan, menjaga kerahasiaan soal, dan
berbagai kode etik penyelenggaraan tes yang lain. Setelah ujian dilaksanakan
maka langkah berikut adalah koreksi, dan interpretasi dari hasil ujian
tersebut, untuk kemudian berdasar data hasil analisis tersebut diambil
keputusan dalam berbagai kepentingan.
b.
Memberikan
skor pada hasil tes
Memeriksa hasil jawaban dari para siswa, untuk memberikan
skor/angka sebagai penghargaan terhadap setiap poin soal yang dapat dikerjakan,
hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah, angka yang menunjukkan berapa
soal yang bisa dijawab benar oleh siswa. Penentuan jumlah soal yang bisa
dijawab benar ini tidak menjadi masalah untuk tes obyektif.
c.
Melakukan
analisis hasil tes
Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya adalah
melakukan analisis terhadap skor hasil tes. [13]
Menurut Djemari Mardapi, langkah – langkah mengembangkan tes adalah
1.
Menyusun spesifikasi tes
a.
Menentukan
tujuan tes
Penempatan(mengetahui kemampuan awal siswa), diagnostik (mengetahui
kesulitan dan kegagalan siswa dalam memahami konsep materi), formatif (mengetahui
keberhasilan proses pembelajaran), sumatif (mengetahui keberhasilan belajar dan
mengajar).
b.
Menyusun
kisi – kisi, suatu format berupa matriks yang memuat pedoman untuk menulis soal
tes. Syarat dan langkah pengembangan kisi – kisi :
1)
Mewakili isi kurikulum / kemampuan
yang akan diujikan;
2)
Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan
indikator dan bentuk soal.
3)
Komponen
– komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami. Komponen
kisi-kisi adalah kelompok identitas (jenis institusi, jurusan, mata pelajaran, tahun
ajaran, kurikulum yang dipergunakan, jumlah soal, bentuk soal) dan kelompok
matriks (kompetensi, materi yang akan dijadikan soal, indikator)
4)
Langkah
pengembangan kisi – kisi tes adalah menulis standar kompetensi dan kompetensi
dasar; menentukan indikator; membuat daftar pokok dan subpokok bahasan yang
akan diujikan; menentukan jumlah butir soal tiap pokok dan subpokok bahasan.
c.
Memilih
bentuk tes yang sesuai dengan situasi dan kondisi
d.
Menentukan
panjang tes berdasarkan waktu, tingkat kesulitan soal
2.
Menulis soal tes dengan menjabarkan indikator ke pertanyaan sesuai
kisi –kisi
3.
Menelaah soal tes yang dilakukan oleh orang lain atau para ahli
dibidangnya
4.
Melakukan uji coba tes untuk mengetahui kualitas tes
5.
Menganalisis butir soal tes setelah mengetahui hasil uji coba
6.
Memperbaiki tes jika terdapat soal yang tidak memenuhi standar
kualitas
7.
Marakit tes sesuai dengan pengelompokan bentuk tes dan nomor urut
8.
Melaksanakan tes didampingi pengawas tanpa mengganggu peserta tes
9.
Menafsirkan hasil tes yang berupa data kuantitatif, nilai atau reward
[14]
Arikunto berpendapat bahwa terdapat langkah – langkah dalam penyusunan
tes diantaranya adalah :
1.
Menentukan
tujuan mengadakan tes
2.
Mengadakan
pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes
3.
Merumuskan
tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan
4.
Menderetkan
semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung
dalam indikator agar tidak terlewati.
5.
Menyusun
tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta
imbangan antara kedua hal tersebut.
6.
Menuliskan
butir – butir soal, didasarkan atas indikator – indikator yang sudah dituliskan
pada tabel indikator dan aspek tingkah laku. [15]
Menurut Zainal langkah – langkah penyusunan tes adalah
:
1.
Analisis silabus mata pelajaran yang akan dites
2.
Menyusun kisi – kisi sesuai dengan silabus
3.
Membuat soal dan menentukan jumlahnya
4.
Menyusun lembar jawaban agar sesuai dengan bentuk soal yang dibuat
5.
Membuat kunci jawaban untuk mempermudah dalam mengoreksi
6.
Menyusun pedoman penyekoran sehingga lebih objektif dalam
penilaian [16]
Berdasarkan
teori – teori diatas maka langkah – langkah tes ialah
1.
Menentukan
tujuan tes, sebagai langkah awal untuk melaksanakan tes maka perlu menentukan
tujuan tes terlebih dahulu
2.
Identifikasi
mata pelajaran dan aspek yang akan diujikan kepada siswa
3.
Menganalisis
silabus ( standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi ) agar tes tidak keluar konteks pembelajaran
4.
Membuat kisi – kisi yang sesuai dengan silabus dan batasan –
batasan materinya
5.
Mengembangkan
indikator yang ingin dicapai dalam kisi – kisi menjadi rangkaian pertanyaan –
pertanyaan tes yang kemudian disebut dengan butir – butir soal
6.
Melakukan
ujicoba kualitas soal
7.
Menganalisis
soal dan memperbaiki soal yang belum sesuai atau menggantinya
8.
Melakukan
kompilasi agar sesuai dengan urutan materi dan nomor soal
9.
Melaksanakan
tes dan menafsirkan hasil tes
10.
Menginformasikan
hasilnya kepada siswa, pembimbing dan orangtua kemudian menentukan langkah
selanjutnya yang akan dilakukan
Langkah
– langkah tes telah sangat rinci dan jelas, namun kejelasan itu seperti tanpa
manfaat jika seorang guru tidak menlaksanakn langkah – langkah tersebut. Jika
saat melaksanakan tes guru hanya mengedepankan formalitas maka kemampuan siswa
tidak dapat diidentifikasi secara optimal dan berdampak buruk bagi proses
belajar siswa yang tidak mengetahui kemampuannya dan prestasinya tersebut.
Perlu diingat bahwa tes dilakukan untuk pengumpulan data dalam melaksanakan evaluasi
pembelajaran dikelas.
D.
KOMPONEN – KOMPONEN TES
1.
Buku
tes, yaitu lembaran atau buku yang memuat butir – butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa
2.
Lembar
jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh Teser bagi Tese untuk
mengerjakan tes. Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan lembaran
dan huruf a,b,c,d menurut banyaknya alternatif
3.
Kunci
jawaban tes, berisi jawaban yang dikehendaki. Tujuannya adalah agar pemeriksaan
tes dapat dilakukan oleh orang lain, dilakukan dengan benar, mudah serta
meminimalisir unsur subjektif dan penafsiran ganda.
4.
Pedoman
penilaian dalam tiap – tiap soal yang dikerjakan siswa.[17]
Penulis
berpendapat bahwa komponen – komponen tes diantarnya ialah
Komponen
utama
1.
Lembar
soal, kertas dengan soal – soal sesuai dengan bentul tes yang dipilih oleh Teser,
jika pilihan ganda maka setelah soal terdapat jawaban alternatif (a, b, c, ... dan seterusnya).
2.
Lembar
jawaban, jika menggunakan soal dengan pilihan ganda maka jenis lembar jawabannya
pun menyesuaikan (terdapat jawaban alternatif a, b, c, ... dan seterusnya ),
jika menggunakan soal dengan bentuk uraian pendek / panjang atau campuran maka
siapkan tempat untuk jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban yang telah
dibuat Teser sebelumnya. Jika Teser menggunakan bentuk soal lain maka lembar
jawabannya harus menyesuaikan.
3.
Kunci
jawaban tes. Tujuannya adalah agar pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang
lain, dilakukan dengan benar, mudah serta meminimalisir unsur subjektif dan
penafsiran ganda.
4.
Pedoman
penilaian dalam tiap – tiap soal yang dikerjakan siswa
Komponen
pendukung :
1.
Kertas
buram, jika soal yang digunakan membutuhkan kertas buram untuk menghitung /
menggambarkan, menganolikan sesuatu yang berkaitan dengan soal. Jika tidak demikian
maka tidak perlu menggunakan kertas buram.
2.
Alat
– alat (tulis pensil / pena dan menghapusnya), sebagai penanda dan alat untuk
menuliskan jawaban dari soal tes ke lembar jawaban
3.
Alas
/ papan ujian, jika tes menggunakan kertas maka perlu menggunakan alat agar
lembar jawaban tidak rusak
4.
Jam,
sebagai pengingat waktu dalam mengerjakan soal – soal tes
5.
Pengawas,
sebagai pendamping dalam membimbing suasana kelas agar tetap kondusif sehingga
tidak mengganggu konsentrasi dari Tese lain yang juga sedang mengerjakan soal –
soal tes.
III.
KESIMPULAN
Tes
merupakan suatu alat untuk mengukur kemampuan seseorang, dapat berupa daftar
pertanyaan, tertulis maupun secara lisan. Tes berfungsi untuk mengetahui
kemampuan siswa dan dapat mengetahui langkah yang perlu dilakukan agar
kemampuan siswa yang bersifat positif dikembangkan dan meminimalisir hal – hal
yang dapat menghambat proses belajar atau kesulitan belajara siswa. Tes dibuat
dengan langkah – langkah khusus yang sistematis sehingga guru dapat memahami
dan melaksanakannya, tes yang sesuai dengan langkah – langkah akan menjadikan
tes yang berkualitas dan membantu menunjang keberhasilan siswa dalam
melaksanakan tes. Keberhasilan menyusun
tes tersebut perlu ditunjang dengan kelengkapan dari komponen – komponennya
agar tercipta tes yang berkualitas dan dapat mencapai tujuan secara optimal. Hasil tes tersebut
dapat digunakan sebagai motivasi dalam mengembangkan proses belajar mengajar
bagi siswa, guru, sekolah, masyarakat umum.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Jihad, Asep, dan
Haris, Abdul, Evaluasi Pembelajaran, Yogjakarta ; Multi Pressindo, 2013
Widoyoko, Putro,
Eko, Evaluasi Program Pembelajaran,Yogjakarta ; Pustaka Pelajar, 2009
Masduki, Poerwanti, Endang, Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen
Evaluasi, Unit 4, Subunit 1.
http://repository.uin-suska.ac.id/4937/3/BAB%20II.pdf
Saputri, Desi, Intansari,
Pengembangan Hasil Tes Belajar Matemetika Kompetensi Dasar Menuliskan Tanda
Waktu Dengan Menggunakan Notasi 24 Jam, Yogjakarta ; Universitas Sanata
Dharma, Januari 2016
Sudjana, Nanang,
Penilaian Hasil Proses Belajae Mengajar, Bandung ; PT Remaja Rosdakarya,
2009
Arikonto, Suharsimi, Dasar – Dasr Evaluasi
Pendidikan, Jakarta ; Bumi Aksara,
2012
Arifin, Zainal,
Evaluasi Pembelajaran, Jakarta ; Kemenag, 2012
[1]
Endang Poerwanti Masduki, Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen Evaluasi,Unit
4.
[2] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta ; Kemenag, 2012), hlm. 6
[3] Eko Putro
Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran,(Yogjakarta ; Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 45 – 46.
[4] http://repository.uin-suska.ac.id/4937/3/BAB%20II.pdf
[5] http://repository.uin-suska.ac.id/4937/3/BAB%20II.pdf
[6] http://repository.uin-suska.ac.id/4937/3/BAB%20II.pdf
[7]Nanang Sudjana,
Penilaian Hasil Proses Belajae Mengajar, (Bandung ; PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 3 – 4
[8] Nana Sudjana, Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar,.., hlm. 35
[9] Suharsimi
Arikonto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta ; Bumi Aksara,
2012), hlm. 165 – 167
[10] Intansari Desi
Saputri, Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar
Menuliskan Tanda Waktu Dengan Menggunakan Notasi 24 Jam, ( Yogjakarta ;
Universitas Sanata Dharma, Januari 2016), hlm. 47 – 48
[11] Asep Jihad,
Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogjakarta ; Multi Pressindo,
2013), hlm. 74
[13] http://repository.uin-suska.ac.id/4937/3/BAB%20II.pdf
[14] Eko Putro
Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran,..., hlm. 88 – 98
[15] Suharsimi
Arikonto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan,.., hlm. 167
[16] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran,..., hlm. 88
[17] Suharsimi
Arikonto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan,..., hlm. 173

No comments:
Post a Comment