Tuesday, September 24, 2019

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA KEPENDUDUKAN JEPANG


MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA KEPENDUDUKAN JEPANG
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Sejarah Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu  :
Miftahur Rohman,  M. Pd.
Oleh  :   
                                                                                                      1.          Bety Suzanah
                                                                                                      2.          Hikmatus Salamah
                                                                                                      3.         Suwarti



        ( SEMESTER   VII A )

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BUSTANUL ULUM
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2017

KATA  PENGANTAR

Bismillah Hirrahman nirrahim
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Pendidikan Islam di Indonesia Pada Masa Kependudukan Jepang”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi  salah satu tugas  mata  kuliah Sejarah Peradaban Islam. Shalawat teriring salam semoga seniasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya. Dalam makalah  ini  membahas  tentangsejarah jepang masuk ke Indonesia, memahami sistem pendidikan secara umum dan sistem pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang.  Akhirnya  saya  sampaikan  terimakasih   atas   perhatiannya   terhadap   makalah   ini.
Semoga  makalah  ini, dapat  bermanfaat  dan menjadi  sumber  pengetahuan bagi  pembaca. Dan apabila dalam  pembuatan makalah  ini terdapat  kekurangan  kiranya  pembaca  dapat  memakluminya. Akhir kata dengan  kerendahan  hati, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan  makalah  ini. Sekian  dan    terimakasih.

Jayasakti, 01 September 2017
Penyusun

................................................



DAFTAR ISI
COVER MAKALAH...............................................................................................            i
KATA PENGANTAR..............................................................................................           ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................           1
  1. Latar Belakang............................................................................................... 1
  2. Rumusan Pembahasan................................................................................... 1
  3. Tujuan Pembahasan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................            2
A.    Sekilas Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia.................................................  2
B.     Sistem Pendidikan........................................................................................  3
C.     Sistem Pendidikan Islam............................................................................... 6
D.    Keuntungan yang Didapat Indonesia............................................................ 8
BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP...........................................................            9
A.    Kesimpulan.................................................................................................... 9
B.     Penutup.......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................           10








BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah

Jepang menjajah Indonesia setelah mengusir pemerintah hindia belanda dalam Perang Pasifik (Perang Dunia ke II). Jepang mulai menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan semboyan Asia Timur Raya. Jepang menjajah Indonesia hanya seumur jagung yaitu selama tiga tahun dari tahun 1942-1945. Hal tersebut menjadi era baru bagi dunia penjajahan di kawasan Asia khususnya Asia Tenggara, Indonesia, karena pada kenyataannya Belanda dipaksa untuk menyerah tanpa syarat dengan Sekutu.
Adapun tujuan Jepang ke Indonesia ialah menjadikan Indonesia sebagai sumber bahan mentah dan tenaga manusia yang sangat besar artinya bagi kelangsungan perang Pasifik,  hal ini sesuai dengan cita-cita politik ekspansinya. Bebagai cara yang dilakukan oleh Jepang dalam mengelabui Indonesia untuk kepantingan politiknya. Demi kepentingan perang, Jepang menyongsong pasukan dari Indonesia dengan menyuguhkan pendidikan kemiliteran. Kendati demikian, dibalik kekejaman Jepang itu Indonesia memanfaatkan  berbagai toleransi dari pihak Jepang terutama untuk bidang pendidikan.
Namun, walaupun dalam waktu yang sangat singkat tersebut penjajahan jepang di Indonesia banyak memberikan perubahan baik dari segi social masyarakat maupun bangsa termasuk didalamnya aspek pendidikan islam sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di permukaan bumi, mengingat sangat pentingnya sejarah pendidikan islam yang berlangsunng pada zaman penjajahan Jepang.  Oleh karena itu, pemakalah akan membahas lebih lanjut secara eksplisit bagaimana pola pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sistem pendidikan pada masa penjajahan Jepang ?
2.      Bagaimana pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang saat itu?
3.      Apa keuntungan yang didapat Indonesia pada masa penjajahan Jepang?
C.   Tujuan Pembahasan
Pembuatan makalah  ini bertujuan untuk mengetahui tentang sejarah jepang masuk ke Indonesia, memahami sistem pendidikan secara umum dan sistem pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sekilas Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia

Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh dan wilayah sebagai bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi Manchuria, Daratan Cina, Kepulauan Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo Cina, dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang, negara ini mulai melakukan ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut.[1]
Pada tanggal 8 Desember 1941, secara tiba-tiba Jepang menyerbu ke Asia Tenggara dan membom  Pearl Harbor  yakni  pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika di Pasifik. Lima jam setelah penyerangan atas Pearl Harbor itu, Gubernur Jendral Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang.[2] Akibat dari itu, Jepang telah meletuskan suatu Perang Pasifik (Perang Dunia II).
Dengan konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan semboyan “Asia untuk Bangsa Asia”, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah potensial yang akan menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam Peperangan Pasifik. Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, kemudian Jepang menyerang Jawa dan akhirnya Jepang memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942. Dan berhasil merebut Indonesia dari kekuasaan Belanda. Perpindahan  kekuasaan itu terjadi ketika kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada sekutu.[3]

B.  Sistem Pendidikan
Sejak  Jepang berhasil merebut Indonesia dari pemerintahan kolonial Belanda, sejak itu pula Jepang kemudian menetapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
1.        Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda;
2.        Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.[4]
3.        Pendidikan untuk kebutuhan perang Asia Timur Raya.
Tentara pendudukan Jepang ingin menghapuskan sisa-sisa pengaruh Barat (Belanda) di dalam masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat antara lain pada kebijakan untuk menghapuskan bahasa Belanda dalam berbagai tulisan maupun nama toko atau perkumpulan, kemudian diganti dengan bahasa Indonesia, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun di sekolah-sekolah. Isi pendidikan juga diganti dengan kebudayaan Jepang.
4.        Dihapusnya sistem dualisme dalam pendidikan.
Pada masa Belanda pendidikan formal hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, sementara rakyat jelata sama sekali tidak memiliki kesempatan. Dengan dihapusnya dualisme dalam pendidikan ini maka siapapun boleh mengenyam pendidikan formal tanpa ada diskriminasi. Inilah tonggak sejarah demokratisasi pendidikan di Indonesia.
Sebagai gambaran diskriminasi yang dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam masyarakat yaitu kelompok kulit putih (Eropa), kelompok  Timur Asing (Cina, India, dll) serta kelompok pribumi. Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal.
5.        Kepedulian Sosial, artinya lembaga pendidikan diarahkan kepada tujuan perang, mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
6.        Pendidikan Kewiraan, yaitu kurikulum sekolah diarahkan kepada pembinaan pemuda-pemuda untuk menunjang mesin perang Jepang. Para pemuda dilatih semi militer, baris-berbaris dan latihan perang-perangan.
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a.          Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko/Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia-Belanda.
b.          Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakoo (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Kotto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
c.          Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
d.          Pendidikan Tinggi.
Adapun perguruan tinggi yang ada pada masa pendudukan Jepang adalah: Sekolah Kedokteran Tinggi (Ika Dai Gakko) di Jakarta, Sekolah Ahli Obat (Yaku Gakko) di Jakarta, Sekolah Kedokteran Gigi (Shika Gakko) di Surabaya, Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan di Bogor dan Akademi Pemerintahan.
Guna memeperoleh simpati dan dukungan masyarakat dan para tokoh di Indonesia untuk membantu dalam perang pasifik dan menyukseskan propaganda “Kemakmuran Asia Timur Raya”, pada awalnya Jepang membentuk sebuah perhimpunan politik melalui “Gerakan Tiga A”, yaitu Jepang Pemimpin Asia, Pelindung Asia, dan Cahaya Asia. Karena Gerakan tiga A dianggap gagal, akhirnya dibubarkan diganti dengan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) di bawah pimpinan empat serangkai, yaitu: Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH. Mas Mansur pada Maret 1943.[5]
Tetapi, Putera akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Setelah ini, jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat di bidang pendidikan mereka. Upayanya mengambil tenaga dari pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman pendidikan di Manchuria dan Cina yang  menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia Jepang mencoba format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal.[6] Jepang juga melatih guru-guru agar memiliki keseragamaan pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Para guru digembleng secara khusus oleh pemimpin-pemimpin Jepang, selama tiga bulan di Jakarta[7].
Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain:
1)      Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu;
2)      Nippon Seisyin (latihan kemiliteran dan semangat jepang);
3)      Bahasa, sejarah, dan adat istiadat Jepang;
4)      Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis;
5)      Olahraga dan nyanyian Jepang.[8]
Sementara itu, untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas seperti berikut:[9]
a)      Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap hari.
b)      Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat bendera Jepang, Tenno Heika setiap pagi.
c)      Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia pada cita-cita Asia Raya.
d)     Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang.
e)      Melakukan latihan-latihan fisik dan militer.
f)       Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan

Satu hal yang menarik untuk dicermati adalah adanya pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno (Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari (Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (kimigayo). Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna. 
C.   Sistem Pendidikan Islam
Khusus menyangkut pendidikan Islam, kebijakan pemerintah Jepang lebih menguntungkan dan memberikan ruang gerak yang cukup lapang.Maka untuk menarik simpati dari pemeluk Islam yang mayoritas di tanah jajahan,  Jepang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan Islam.Terlebih lagi pada awalnya, pemerintah Jepang menampakkan diri seakan-akan membela kepentingan Islam yang merupakan siasat untuk kepentingan perang Dunia II.
Perhatian Jepang tersebut diberikan dalam bentuk kebijakan yang pada masa pendudukan Belanda menjadi suatu impian belaka. Untuk mendekati umat islam di Indonesia, Jepang menempuh beberapa kebijaksanaan, antara lain yaitu:[10]
1.      Kantor Urusan Agama yang pada zaman Belanda disebut Kantor Voor Islamistische Saken yang dipimpin oleh orang-orang Orientalisten Belanda, diubah oleh Jepang menjadi Kantor Sumubi yang dipimpin oleh ulama Islam sendiri yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Sedangkan di daerah dibentuk Sumuka.
2.      Pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-pembesar Jepang.
3.      Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran agama.
4.      Disamping itu, pemerintah jepang mengizinkan pembentukan barisan Hisbullah untuk memberikan latihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam. Barisan ini, dipimpin oleh KH. Zainul Arifin.
5.      Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir, dan Bung Hatta.
6.      Para ulama Islam bekerjasama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis diizinkan membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA). Tokoh-tokoh santri dan pemuda Islam ikut dalam latihan kader militer itu, antara lain: Sudirman, Abd. Khaliq Hasyim, Iskandar Sulaiman, Yusuf Anis, Aruji Kartawinata, Kasman Singodimejo, Mulyadi joyomsrtono, Wahib Wahab, Sarbini Saiful Islam dan lain-lain. Tentara pembela tanah air inilah yang menjadi inti dari TNI sekarang.
7.      Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut: Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang bersifat kemasyarakatan. Sekalipun kemudian dibubarkan pada September 1942 dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.[11]
Beberapa kebijaksanaan tersebut di atas, sebenarnya dilakukan oleh pemerintah Jepang dengan maksud agar kekuatan umat Islam dan Nasionalis dapat dibina untuk kepentingan perang Asia Timur Raya. Dan terlepas dari tujuan semula jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslim ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya sampai setelah tercapainya kemerdekaan.[12]
Dunia pendidikan pada zaman Jepang secara umum dapat dikatakan terbengkalai. Selaras dengan penjelasan sebelumnya, hal ini karena murid-murid sekolah setiap hari hanya disuruh untuk gerak badan, baris berbaris, bekerja bakti (romusha), bernyanyi, dan lain sebagainya. Namun, dibalik semua itu, yang masih agak beruntung adalah madrasah-madrsah yang berada dalam lingkungan pondok pesantren yang bebas dari pengawasan langsung pemerintahan Jepang karena lokasi madrasah dan pondok pesantren tersebut sebagian besar berlokasi di desa-desa terpencil. Akan tetapi, bukan berarti dapat bebas sepenuhnya dari pengawasan Jepang juga.  Pemerintah Jepang tetap mewaspadai bahwa madrasah-madrasah dan pondok pesantren  itu memiliki potensi perlawanan yang membahayakan bagi penduduk Jepang di Indonesia.
Tampaknya pada perkembangan selanjutnya kekuasaan Jepang semakin memudar. Perang pasifik pun semakin berkecamuk. Tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat semakin mantap, sementara jepang mengalami kekalahan dimana-mana. Puncaknya yaitu pada tanggal 6 Agustus 1945, dua bom Atom dijatuhkan sekutu di dua kota di Jepang yaitu, Hirosima dan Nagasaki. Momentum ini pun digunakan rakyat Indonesia untuk bangun dari keterpurukan akibat dijajah oleh Jepang. Akibat dari itu, Jepang pun sedikit memberi keleluasaan terhadap masyarakat Indonesia dari memberikan janji kemerdekaan hingga diperbolehkan mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan juga keleluasaan-keleluasaan lainnya.


D.  Keuntungan yang Didapat Indonesia
Di balik kekejaman yang dilakukan Jepang terhadap Indonesia, berikut  beberapa hal yang menguntungkan bagi pendidikan Islam di Indonesia[13]:
1.      Penggunaan bahasa Indonesia semakin mantap, baik itu sebagai bahasa resmi, bahasa penghantar maupun bahasa Ilmiah. Penyempurnaan bahasa Indonesia juga dilakukan pada masa penjajahan Jepang.
2.      Kreativitas guru terpacu karena diperbolehkan melakukan inovasi dalam pengajaran termasuk menterjemahkan buku-buku asing.
3.      Pendidikan seni beladiri menimbulkan semangat keberanian pada para pelajar dan pemuda Indonesia. Hal ini juga berguna bagi bekal perang kemerdekaan kemudian.
4.      Sekolah-sekolah diseragamkan, semua dinegerikan di bawah pengaturan Kantor Pengajaran Bunkyo Kyoku. Dan semua golongan penduduk mempunyai hak sama dalm pendidikan.
5.      Karena pengaruh indoktrinasi yang ketat justru menimbulkan semangat nasionalisme di hati para pelajar dan pendudukan Indonesia.
6.      Jepang memberikan latihan memegang suatu jabatan walau masih dalam pengawasannya. Hal ini sangat mendidik bangsa Indonesia sebagai pemimpin bagi bangsanya sendiri di kemudian hari.
7.      Sekolah-sekolah madrasah dan Pondok Pesantren mengalami perkembangan pesat. Hal ini disebabakan kelonggaran pengawasan yang dilakukan oleh pihak Jepang.


BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.   Kesimpulan
Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam cukup banyak, seperti diajarkannya pendidikan agama di sekolah-sekolahyang dikelola Jepang, didirikannya perguruan tinggi Islam serta memberikan perhatian dan bantuan terhadap pondok pesantren.
Kebijakan Jepang tersebut memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam mengingat selama dalam pendudukan Belanda, pendidikan bagi rakyat menjadi hal yang sangat langka dan hanya bisa dinikmati orang-orang tertentu saja. Sedangkan pada masa Jepang pendidikan Islam khususnya diberi ruang penuh untuk berkembang biarpun tetap dalam pengawasan Jepang. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa tidak ada bangsa penjajah di manapun yang rela bangsa yang dijajahnya lebih pintar dari yang menjajah.
Dengan kata lain kebijakan yang digariskan Jepang tersebut pada dasarnya semata-mata untuk mengeksploitasi kekuatan Islam demi mendukung kepentingan Jepang di tanah jajahan (Indonesia). Ini terbukti  pada puncak Perang Dunia II ketika Jepang mengalami tekanan hebat dari sekutu, maka mulai saat itu pula Jepang menampakkan sikap kesewenang-wenangan sebagai penjajah yang mengakibatkan penderitaan lahir batin rakyat Indonesia, khususnya orang-orang Islam sebagai penduduk mayoritas.
B.   Penutup
Demikian penulisan makalah yang dapat kami sajikan. Harapan dari pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.



DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Khaliq11.blogdetik.com/.../Pendidikan-Islam-Pada-Zaman-Penjajahan. (diakses pada Rabu, 04 April 2012. 14.04 wib).
Kharisul Wathoni. 2011. Dinamika Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Ponorogo: STAIN Po PRESS.
Suwendi. 2004. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zuhairini. dkk. 2010.  Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Kharisul Wathoni, Dinamika Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2011), hlm. 65.
[2] Dikutip dari artikel Nasaikhul Mahfudz, http://Makanrame.Blogspot.Co.Id/2013/11/ Sejarah-Pendidikan-Islam-Pada-Masa-Jepang_5907.html, akses pada Rabu, 27 November 2013.
[3] Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 85.

[4] Kharisul Wathoni, Dinamika Sejarah...., hlm. 66.

[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 264
[6] Kharisul Wathoni, Dinamika Sejarah...., hlm. 66-67.
[7]Dikutip dari khaliq11.blogdetik.com/.../Pendidikan-Islam-Pada-Zaman-Penjajahan. (diakses pada Rabu, 04 April 2012. 14.04 wib).
[8]Dikutip dari https://konsepblackbook.blogspot.co.id/2012/03/Sistem-Pendidikan-Indonesia-Pada-Masa.html (diakses pada maret 2012. 12:37  wib)
[9] Kharisul Wathoni, Dinamika Sejarah...., hlm. 67-68.
[10] Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam , (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm.  151-152.
[11] Dikutip dari http://jalimna.blogspot.co.id/Pendidikan-Islam-Pada-Masa-Jepang_5907. html, di akses pada Desember 2012.
[12] Kharisul Wathoni, Dinamika Sejarah...., hlm. 67-69.
[13] Ibid, hlm. 70.

No comments:

Post a Comment

TUGAS KEWIRAUSAHAAN