MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA KEPENDUDUKAN JEPANG
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah
“Sejarah
Pendidikan Islam”
Dosen
Pengampu :
Miftahur Rohman, M. Pd.
Oleh :
1.
Bety Suzanah
2.
Hikmatus
Salamah
3. Suwarti
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BUSTANUL ULUM
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2017
KATA
PENGANTAR
Bismillah Hirrahman nirrahim
Puji
syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Pendidikan Islam di Indonesia
Pada Masa Kependudukan Jepang”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam. Shalawat teriring salam semoga seniasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya. Dalam makalah ini
membahas tentangsejarah jepang
masuk ke Indonesia, memahami sistem pendidikan secara umum dan sistem
pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang.
Akhirnya saya
sampaikan terimakasih atas
perhatiannya terhadap makalah
ini.
Semoga makalah
ini, dapat bermanfaat dan menjadi
sumber pengetahuan bagi pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat
kekurangan kiranya pembaca
dapat memakluminya. Akhir kata
dengan kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini. Sekian
dan terimakasih.
Jayasakti, 01 September 2017
Penyusun
................................................
DAFTAR ISI
COVER
MAKALAH............................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................... 1
- Latar
Belakang............................................................................................... 1
- Rumusan
Pembahasan................................................................................... 1
- Tujuan Pembahasan....................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
A. Sekilas Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia................................................. 2
B. Sistem
Pendidikan........................................................................................ 3
C. Sistem Pendidikan
Islam............................................................................... 6
D. Keuntungan yang Didapat
Indonesia............................................................ 8
BAB III KESIMPULAN DAN
PENUTUP........................................................... 9
A. Kesimpulan.................................................................................................... 9
B. Penutup.......................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jepang menjajah Indonesia setelah mengusir
pemerintah hindia belanda dalam Perang Pasifik (Perang Dunia ke II). Jepang
mulai menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan semboyan Asia Timur Raya.
Jepang menjajah Indonesia hanya seumur jagung yaitu selama tiga tahun dari
tahun 1942-1945. Hal tersebut menjadi era baru bagi dunia penjajahan di kawasan
Asia khususnya Asia Tenggara, Indonesia, karena pada kenyataannya Belanda
dipaksa untuk menyerah tanpa syarat dengan Sekutu.
Adapun tujuan Jepang ke Indonesia ialah
menjadikan Indonesia sebagai sumber bahan mentah dan tenaga manusia yang sangat
besar artinya bagi kelangsungan perang Pasifik, hal ini sesuai dengan cita-cita politik
ekspansinya. Bebagai cara yang dilakukan oleh Jepang dalam mengelabui Indonesia
untuk kepantingan politiknya. Demi kepentingan perang, Jepang menyongsong
pasukan dari Indonesia dengan menyuguhkan pendidikan kemiliteran. Kendati
demikian, dibalik kekejaman Jepang itu Indonesia memanfaatkan berbagai toleransi dari pihak Jepang terutama
untuk bidang pendidikan.
Namun, walaupun dalam waktu yang sangat singkat
tersebut penjajahan jepang di Indonesia banyak memberikan perubahan baik dari
segi social masyarakat maupun bangsa termasuk didalamnya aspek pendidikan islam
sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di permukaan bumi, mengingat
sangat pentingnya sejarah pendidikan islam yang berlangsunng pada zaman
penjajahan Jepang. Oleh karena itu,
pemakalah akan membahas lebih lanjut secara eksplisit bagaimana pola pendidikan
Islam pada masa penjajahan Jepang.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sistem pendidikan pada masa
penjajahan Jepang ?
2.
Bagaimana pendidikan Islam pada masa penjajahan
Jepang saat itu?
3.
Apa keuntungan yang didapat Indonesia pada masa
penjajahan Jepang?
C. Tujuan Pembahasan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang sejarah
jepang masuk ke Indonesia, memahami sistem pendidikan secara umum dan sistem
pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekilas
Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia
Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh
dan wilayah sebagai bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi
Manchuria, Daratan Cina, Kepulauan Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand,
Indo Cina, dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang, negara ini mulai melakukan
ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut.[1]
Pada tanggal 8 Desember 1941, secara tiba-tiba
Jepang menyerbu ke Asia Tenggara dan membom
Pearl Harbor yakni
pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika di Pasifik. Lima jam setelah
penyerangan atas Pearl Harbor itu,
Gubernur Jendral Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan
perang terhadap Jepang.[2] Akibat
dari itu, Jepang telah meletuskan suatu Perang Pasifik (Perang Dunia II).
Dengan konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia
Raya) dan semboyan “Asia untuk Bangsa
Asia”, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah potensial
yang akan menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut
dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa
dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem
pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung
kemenangan militer dalam Peperangan Pasifik. Setelah Februari 1942 menyerang
Sumatera Selatan, kemudian Jepang menyerang Jawa dan akhirnya Jepang memaksa
Belanda menyerah pada Maret 1942. Dan berhasil merebut Indonesia dari kekuasaan
Belanda. Perpindahan kekuasaan itu
terjadi ketika kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada sekutu.[3]
B. Sistem Pendidikan
Sejak Jepang berhasil merebut Indonesia dari
pemerintahan kolonial Belanda, sejak itu pula Jepang kemudian menetapkan
beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama
bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
1.
Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda;
2.
Adanya integrasi sistem pendidikan dengan
dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan
Belanda.[4]
3.
Pendidikan untuk kebutuhan perang Asia Timur Raya.
Tentara pendudukan
Jepang ingin menghapuskan sisa-sisa pengaruh Barat (Belanda) di dalam
masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat antara lain pada kebijakan untuk
menghapuskan bahasa Belanda dalam berbagai tulisan maupun nama toko atau
perkumpulan, kemudian diganti dengan bahasa Indonesia, baik dalam pergaulan
sehari-hari maupun di sekolah-sekolah. Isi pendidikan juga diganti dengan
kebudayaan Jepang.
4.
Dihapusnya sistem dualisme dalam pendidikan.
Pada masa Belanda pendidikan
formal hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, sementara rakyat
jelata sama sekali tidak memiliki kesempatan. Dengan dihapusnya dualisme dalam
pendidikan ini maka siapapun boleh mengenyam pendidikan formal tanpa ada
diskriminasi. Inilah tonggak sejarah demokratisasi pendidikan di Indonesia.
Sebagai gambaran diskriminasi yang
dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam masyarakat yaitu kelompok kulit putih
(Eropa), kelompok Timur Asing (Cina, India, dll) serta kelompok pribumi.
Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan
manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal.
5.
Kepedulian Sosial, artinya lembaga pendidikan diarahkan kepada
tujuan perang, mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
6.
Pendidikan Kewiraan, yaitu kurikulum sekolah diarahkan kepada
pembinaan pemuda-pemuda untuk menunjang mesin perang Jepang. Para pemuda
dilatih semi militer, baris-berbaris dan latihan perang-perangan.
Sistem
pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai
berikut:
a.
Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko/Sekolah Rakyat). Lama
studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah pertama yang merupakan konversi nama
dari Sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia-Belanda.
b.
Pendidikan Lanjutan.
Terdiri dari Shoto Chu Gakoo (Sekolah
Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Kotto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3
tahun.
c.
Pendidikan Kejuruan.
Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang
pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
d.
Pendidikan Tinggi.
Adapun
perguruan tinggi yang ada pada masa pendudukan Jepang adalah: Sekolah
Kedokteran Tinggi (Ika Dai Gakko) di Jakarta, Sekolah Ahli Obat (Yaku Gakko) di
Jakarta, Sekolah Kedokteran Gigi (Shika Gakko) di Surabaya, Sekolah Tinggi
Kedokteran Hewan di Bogor dan Akademi Pemerintahan.
Guna
memeperoleh simpati dan dukungan masyarakat dan para tokoh di Indonesia untuk
membantu dalam perang pasifik dan menyukseskan propaganda “Kemakmuran Asia
Timur Raya”, pada awalnya Jepang membentuk sebuah perhimpunan politik melalui
“Gerakan Tiga A”, yaitu Jepang Pemimpin Asia, Pelindung Asia, dan Cahaya Asia.
Karena Gerakan tiga A dianggap gagal, akhirnya dibubarkan diganti dengan Pusat
Tenaga Rakyat (Putera) di bawah pimpinan empat serangkai, yaitu: Soekarno, M.
Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH. Mas Mansur pada Maret 1943.[5]
Tetapi, Putera
akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Setelah ini, jepang tetap
merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat di bidang pendidikan mereka.
Upayanya mengambil tenaga dari pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman
pendidikan di Manchuria dan Cina yang
menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi).
Karena itulah, di Indonesia Jepang mencoba format pendidikan yang mengakomodasi
kurikulum berorientasi lokal.[6] Jepang
juga melatih guru-guru agar memiliki keseragamaan pengertian tentang maksud dan
tujuan pemerintahannya. Para guru digembleng secara khusus oleh
pemimpin-pemimpin Jepang, selama tiga bulan di Jakarta[7].
Materi pokok
dalam latihan tersebut antara lain:
1)
Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu;
2)
Nippon Seisyin (latihan
kemiliteran dan semangat jepang);
3)
Bahasa, sejarah, dan adat istiadat Jepang;
4)
Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis;
5)
Olahraga dan nyanyian Jepang.[8]
Sementara itu,
untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk
rutin melakukan beberapa aktivitas seperti berikut:[9]
a)
Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap hari.
b)
Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat bendera Jepang, Tenno Heika setiap pagi.
c)
Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia pada cita-cita
Asia Raya.
d)
Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang.
e)
Melakukan latihan-latihan fisik dan militer.
f)
Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar
dalam pendidikan
Satu hal yang
menarik untuk dicermati adalah adanya pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah
Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno
(Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari (Omiterasi Omikami).
Sistem penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap
Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya
diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (kimigayo). Tidak semua
rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama.
Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang
dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa
Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
C. Sistem
Pendidikan Islam
Khusus
menyangkut pendidikan Islam, kebijakan pemerintah Jepang lebih menguntungkan
dan memberikan ruang gerak yang cukup lapang.Maka untuk menarik simpati dari
pemeluk Islam yang mayoritas di tanah jajahan, Jepang menaruh perhatian
yang sangat besar terhadap pendidikan Islam.Terlebih lagi pada awalnya,
pemerintah Jepang menampakkan diri seakan-akan membela kepentingan Islam yang
merupakan siasat untuk kepentingan perang Dunia II.
Perhatian Jepang tersebut diberikan dalam bentuk kebijakan yang pada
masa pendudukan Belanda menjadi suatu impian belaka. Untuk mendekati
umat islam di Indonesia, Jepang menempuh beberapa kebijaksanaan, antara lain
yaitu:[10]
1.
Kantor Urusan Agama yang pada zaman Belanda
disebut Kantor Voor Islamistische Saken
yang dipimpin oleh orang-orang Orientalisten Belanda, diubah oleh Jepang
menjadi Kantor Sumubi yang dipimpin
oleh ulama Islam sendiri yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Sedangkan di daerah dibentuk
Sumuka.
2.
Pondok pesantren yang besar-besar sering
mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-pembesar Jepang.
3.
Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti
yang isinya identik dengan ajaran agama.
4.
Disamping itu, pemerintah jepang mengizinkan pembentukan
barisan Hisbullah untuk memberikan latihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam.
Barisan ini, dipimpin oleh KH. Zainul Arifin.
5.
Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya
Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir,
dan Bung Hatta.
6.
Para ulama Islam bekerjasama dengan
pemimpin-pemimpin nasionalis diizinkan membentuk barisan Pembela Tanah Air
(PETA). Tokoh-tokoh santri dan pemuda Islam ikut dalam latihan kader militer
itu, antara lain: Sudirman, Abd. Khaliq Hasyim, Iskandar Sulaiman, Yusuf Anis,
Aruji Kartawinata, Kasman Singodimejo, Mulyadi joyomsrtono, Wahib Wahab,
Sarbini Saiful Islam dan lain-lain. Tentara pembela tanah air inilah yang
menjadi inti dari TNI sekarang.
7.
Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi
persatuan yang disebut: Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang bersifat
kemasyarakatan. Sekalipun kemudian dibubarkan pada September 1942 dan diganti
dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas
besar Islam, Muhammadiyah dan NU.[11]
Beberapa
kebijaksanaan tersebut di atas, sebenarnya dilakukan oleh pemerintah Jepang
dengan maksud agar kekuatan umat Islam dan Nasionalis dapat dibina untuk
kepentingan perang Asia Timur Raya. Dan terlepas dari tujuan semula jepang
memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslim ketika itu, nyatanya hal ini
membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya sampai setelah tercapainya
kemerdekaan.[12]
Dunia pendidikan pada zaman Jepang secara umum dapat dikatakan terbengkalai.
Selaras dengan penjelasan sebelumnya, hal ini karena murid-murid sekolah setiap
hari hanya disuruh untuk gerak badan, baris berbaris, bekerja bakti (romusha), bernyanyi, dan lain
sebagainya. Namun, dibalik semua itu, yang masih agak beruntung adalah
madrasah-madrsah yang berada dalam lingkungan pondok pesantren yang bebas dari
pengawasan langsung pemerintahan Jepang karena lokasi madrasah dan pondok
pesantren tersebut sebagian besar berlokasi di desa-desa terpencil. Akan
tetapi, bukan berarti dapat bebas sepenuhnya dari pengawasan Jepang juga. Pemerintah Jepang tetap mewaspadai bahwa
madrasah-madrasah dan pondok pesantren
itu memiliki potensi perlawanan yang membahayakan bagi penduduk Jepang
di Indonesia.
Tampaknya pada
perkembangan selanjutnya kekuasaan Jepang semakin memudar. Perang pasifik pun
semakin berkecamuk. Tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat semakin
mantap, sementara jepang mengalami kekalahan dimana-mana. Puncaknya yaitu pada
tanggal 6 Agustus 1945, dua bom Atom dijatuhkan sekutu di dua kota di Jepang
yaitu, Hirosima dan Nagasaki. Momentum ini pun digunakan rakyat Indonesia untuk
bangun dari keterpurukan akibat dijajah oleh Jepang. Akibat dari itu, Jepang
pun sedikit memberi keleluasaan terhadap masyarakat Indonesia dari memberikan
janji kemerdekaan hingga diperbolehkan mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan
juga keleluasaan-keleluasaan lainnya.
D. Keuntungan yang Didapat Indonesia
Di balik
kekejaman yang dilakukan Jepang terhadap Indonesia, berikut beberapa hal yang menguntungkan bagi
pendidikan Islam di Indonesia[13]:
1.
Penggunaan bahasa Indonesia semakin mantap, baik itu sebagai bahasa resmi, bahasa
penghantar maupun bahasa Ilmiah. Penyempurnaan bahasa Indonesia juga dilakukan
pada masa penjajahan Jepang.
2.
Kreativitas guru terpacu karena diperbolehkan melakukan inovasi dalam
pengajaran termasuk menterjemahkan buku-buku asing.
3.
Pendidikan seni beladiri menimbulkan semangat keberanian pada para
pelajar dan pemuda Indonesia. Hal ini juga berguna bagi bekal perang
kemerdekaan kemudian.
4.
Sekolah-sekolah diseragamkan, semua dinegerikan di bawah pengaturan
Kantor Pengajaran Bunkyo Kyoku. Dan semua golongan penduduk mempunyai hak sama
dalm pendidikan.
5.
Karena pengaruh indoktrinasi yang ketat justru
menimbulkan semangat nasionalisme di hati para pelajar dan pendudukan
Indonesia.
6.
Jepang memberikan latihan memegang suatu
jabatan walau masih dalam pengawasannya. Hal ini sangat mendidik bangsa
Indonesia sebagai pemimpin bagi bangsanya sendiri di kemudian hari.
7.
Sekolah-sekolah madrasah dan Pondok Pesantren
mengalami perkembangan pesat. Hal ini disebabakan kelonggaran pengawasan yang
dilakukan oleh pihak Jepang.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan-kebijakan
pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam cukup banyak, seperti
diajarkannya pendidikan agama di sekolah-sekolahyang dikelola Jepang,
didirikannya perguruan tinggi Islam serta memberikan perhatian dan bantuan
terhadap pondok pesantren.
Kebijakan
Jepang tersebut memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam mengingat selama dalam pendudukan Belanda,
pendidikan bagi rakyat menjadi hal yang sangat langka dan hanya bisa dinikmati orang-orang
tertentu saja. Sedangkan pada masa Jepang pendidikan Islam khususnya diberi
ruang penuh untuk berkembang biarpun tetap dalam pengawasan Jepang. Namun yang
perlu digarisbawahi adalah bahwa tidak ada bangsa penjajah di manapun yang rela
bangsa yang dijajahnya lebih pintar dari yang menjajah.
Dengan kata
lain kebijakan yang digariskan Jepang tersebut pada dasarnya semata-mata untuk
mengeksploitasi kekuatan Islam demi mendukung kepentingan Jepang di tanah
jajahan (Indonesia). Ini terbukti pada puncak Perang Dunia II ketika
Jepang mengalami tekanan hebat dari sekutu, maka mulai saat itu pula Jepang
menampakkan sikap kesewenang-wenangan sebagai penjajah yang mengakibatkan
penderitaan lahir batin rakyat Indonesia, khususnya orang-orang Islam sebagai penduduk
mayoritas.
B. Penutup
Demikian
penulisan makalah yang dapat kami sajikan. Harapan dari pemakalah, semoga
makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://jalimna.blogspot.co.id/Pendidikan-Islam-Pada-Masa-Jepang_5907.
html. di akses pada Desember 2012.
https://Konsepblackbook.Blogspot.Co.Id/2012/03/Sistem-Pendidikan-Indonesia-Pada-Masa.html. (diakses pada
maret 2012. 12:37
wib)
Khaliq11.blogdetik.com/.../Pendidikan-Islam-Pada-Zaman-Penjajahan.
(diakses pada Rabu,
04 April 2012. 14.04 wib).
Kharisul Wathoni. 2011. Dinamika
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Ponorogo: STAIN Po PRESS.
Nasaikhul Mahfudz, http://Makanrame.Blogspot.Co.Id/2013/11/
Sejarah-Pendidikan-Islam-Pada-Masa-Jepang_5907.html. diakses pada Rabu
27 November 2013.
Suwendi. 2004. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Zuhairini. dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
[1] Kharisul
Wathoni, Dinamika Sejarah Pendidikan
Islam di Indonesia (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2011), hlm. 65.
[2] Dikutip dari artikel Nasaikhul Mahfudz, http://Makanrame.Blogspot.Co.Id/2013/11/
Sejarah-Pendidikan-Islam-Pada-Masa-Jepang_5907.html, akses
pada Rabu, 27 November 2013.
[3] Suwendi, Sejarah dan
Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.
85.
[4]
Kharisul Wathoni, Dinamika
Sejarah...., hlm. 66.
[5] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 264
[6] Kharisul Wathoni, Dinamika
Sejarah...., hlm. 66-67.
[7]Dikutip dari khaliq11.blogdetik.com/.../Pendidikan-Islam-Pada-Zaman-Penjajahan.
(diakses pada Rabu,
04 April 2012. 14.04 wib).
[8]Dikutip dari https://konsepblackbook.blogspot.co.id/2012/03/Sistem-Pendidikan-Indonesia-Pada-Masa.html (diakses pada
maret 2012. 12:37
wib)
[9] Kharisul Wathoni, Dinamika
Sejarah...., hlm. 67-68.
[10] Zuhairini,
dkk, Sejarah Pendidikan Islam , (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010), hlm. 151-152.
[11] Dikutip dari http://jalimna.blogspot.co.id/Pendidikan-Islam-Pada-Masa-Jepang_5907.
html, di akses pada Desember 2012.
[12] Kharisul
Wathoni, Dinamika Sejarah...., hlm. 67-69.
[13] Ibid, hlm. 70.

No comments:
Post a Comment